Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Khalifah Umar bin Khattab RA,
حَاسِبُوْا أَنْفُوْسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا
Artinya: Hisablah, hitung-hitunglah diri kamu sebelum kamu dihisab oleh Allah SWT.
وَزِنُوْاهَا قَبْلَ أَنْ تُزَانُوْا
Artinya: Timbang-timbang amal kamu sebelum amal kamu ditimbang oleh Allah SWT.
Kedua, Syukur dan Sabar.
Syukur dan Sabar merupakan suatu sifat yang saling melengkapi sekaligus salah satu kunci kesuksesan didunia dan akhirat. Syukur sendiri bermakna rasa terima kasih kepada Allah SWT atas segala kenikmatan yang telah dikaruniakan kepada kita sekaligus bentuk pengakuan bahwa semua yang dimiliki berasal dari Allah, dan manusia bertanggung jawab untuk menggunakannya sesuai dengan kehendak-Nya.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT QS. Ibrahim: 7, yaitu
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Sedangkan sabar bermakna kemampuan menahan diri, bertahan, dan tetap teguh dalam menghadapi ujian, kesulitan, atau tantangan dengan sikap yang ikhlas dan tawakal kepada Allah. Sabar adalah salah satu sifat mulia yang diperintahkan Allah dan menjadi bagian penting dari keimanan seorang Muslim.
Oleh sebab itu, kita harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat kita peroleh, dan juga harus bersabar atas segala ketetapan yang Allah berikan kepada kita, baik atau buruk harus kita yakini semua berasal dari Allah yang terbaik atas kita saat ini.
Ketiga, Muqorrobah.
Muqorrobah berasal dari kata "qarib" yang berarti dekat. Dalam konteks Islam, muqorrobah mengacu pada upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan sepenuh hati melalui berbagai bentuk ketaatan, ibadah, dan keikhlasan dalam menjalani hidup sesuai dengan syariat-Nya.
Dalam penjelasan dimensi lain, juga dapat kita artikan ketika Allah kita rasa dekat dengan setiap makhluk nya, berarti setiap tindak tanduk perilaku kita tak luput dari pengawasan Allah SWT. Dari sini juga dapat dikaitkan dengan Ihsan.
Ihsan sendiri dalam suatu hadits Nabi disebutkan
إحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكون تراه فإنه يراك
Artinya: Ihsan itu kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat Allah, Tapi kalau kamu tidak dapat melihanya maka sesungguhnya Dia (Allah SWT) dapat melihatmu.
Dari Muqorrobah dan Ihsan ini dapat melahirkan sikap dan sifat seseorang menjadi profesional, yang mana seorang profesional akan mengerjakan apa yang telah menjadi Job description baik pada saat diawasi ataupun tanpa pengawasan.
Keempat, Taubat Nasuha.
Taubat Nasuha dalah bentuk taubat yang tulus, sungguh-sungguh, dan murni dari seseorang kepada Allah SWT. Kata "nasuha" berasal dari bahasa Arab yang berarti "murni" atau "tulus". Dalam konteks ini, taubat nasuha mengacu pada taubat yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, tanpa ada niat untuk kembali mengulangi dosa yang telah dilakukan.
Ada beberapa ciri ciri seseorang dikatakan melaksanakan Taubat Nasuha, yaitu:
Penyesalan akan dosa. Merasa benar-benar menyesal atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
Berhenti dari perbuatan dosa
Meninggalkan dosa tersebut secara langsung dan tidak mengulangi perbuatan yang sama.Niat sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya
Bertekad kuat untuk tidak kembali melakukan dosa itu di masa mendatang.Mengikuti dengan perbuatan baik
Memperbanyak amal saleh sebagai bentuk perbaikan diri dan penghapusan dosa.Meminta maaf jika terkait dengan hak manusia
Jika dosa tersebut menyangkut hak orang lain, wajib meminta maaf dan mengembalikan haknya.
Perintah untuk senantiasa bertaubat juga dijelaskan didalam Al quran dalam QS. At-tahrim: 8 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya (taubat nasuha).”
(QS. At-Tahrim: 8)
Maka sudah barang tentu, dari penjelasan diatas Taubat nasuha menjadi jalan untuk membersihkan diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan memperoleh rahmat serta ampunan-Nya.
Kelima, Mujahadah.
Mujahadah berasal dari kata bahasa Arab mujāhadah (مجاهدة), yang berarti bersungguh-sungguh atau berjuang. Dalam konteks Islam, mujahadah merujuk kepada usaha yang keras dan sungguh-sungguh seorang Muslim dalam melawan hawa nafsu, godaan duniawi, dan bisikan setan untuk mencapai keridhaan Allah SWT.
Dalam konteks akhir tahun dan menyambut tahun baru, penerapan mujahadah untuk menjadi yang lebih baik dari tahun tahun sebelumnya sangatlah penting. Karena tanpa mujahadah yang benar, maka tidak akan mungkin perubahan ke arah yang lebih baik itu akan tercapai.
Penulis: Aqoz87
Comments0